Mata-mata telah tenggelam dalam mimpi
Saatnya kesadaran terbit menyinari pikiran
Karena matahari sedang sibuk
Menyisipkan dirinya memekarkan nyenyak
Bangun!
Tugas merancang pagi t’lah bertahta di pundak
Suguhkan kopi kepada malam
Agar bersedia menemani begadang
Semoga gelap tetap berasa tak berujung
Sampai tersaji embun tempat daun-daun berdo’a
Sabtu, 19 Maret 2011
CEMBURU
Aku berdebat dengan hatiku, mati karena takutkah
Atau malukah jika aku sampai di depanmu?
Wajahmu dilenyapkan asap rokokmu
Yang selesai bertandang ke tenggorokan dan parumu
Nafas mengalir indah di antara dua bibirmu
Menjelma siapakah asap tempat matamu bercerita
Sedang aku hanya menelusuri rupamu dari jauh
Bukan sebagai kehidupan pun mati bagimu!
Rabu, 23 Februari 2011
KURSI LUPA
Beberapa kursi diciptakan begitu nyamannya
Sejumlah awan nyawan merupakan sandarannya
Tempat lelah rebah dan menghabiskan kantuk
Kursi kutukan...
Mantranya berfungsi mendaur ulang ngantuk
Tak ada tempat untuk air mata...
Terus terpejam...
Jika tak sakti menghadapinya
Pun kebutaan bisa merambat ke hati
Walau matanya tersedia untuk seluruh sudut dunia
Sejumlah awan nyawan merupakan sandarannya
Tempat lelah rebah dan menghabiskan kantuk
Kursi kutukan...
Mantranya berfungsi mendaur ulang ngantuk
Tak ada tempat untuk air mata...
Terus terpejam...
Jika tak sakti menghadapinya
Pun kebutaan bisa merambat ke hati
Walau matanya tersedia untuk seluruh sudut dunia

Minggu, 06 Februari 2011
SESAT SESAAT
Selasa, 15 Juni 2010
HUJAT HUJAN
Aku di sini kedinginan memeluk kenangan tentangmu
betapa hujan selalu membuatku mesra
Kau di sana menggerutu hujan dipeluk lupa tentangku
betapa hujan sekalipun tak membuatmu merasa
betapa hujan selalu membuatku mesra
Kau di sana menggerutu hujan dipeluk lupa tentangku
betapa hujan sekalipun tak membuatmu merasa
Rabu, 21 April 2010
HINGGAP SINGGAH

Rasaku kepadamu menjelmakanku awan
kemudian...
rasamu padaku mengubahku jadi hujan
Nb : setelah mengulang-ulang mendengar 'Mesin Penenun Hujan'nya FRAU
*FRAU, begitu dia memberi nama dirinya khusus di panggung, dari Bahasa Jerman yang berarti IBU... Nama aslinya LeiLANI Hermiasih Suyenaga, seorang gadis 21 tahun dari Jogja berdarah campuran Jogja-Hawai-Jepang, ditemani OSCAR pianonya dia sering performance disertai aksi pantomim di panggung. Yang mau download lagu-lagunya silakan klik >>> http://yesnowave.com/?p=531 gratis!
Rabu, 14 April 2010
KACANG SEANDAINYA
Seorang gadis mengusir konsentrasiku membaca novel romantis
mendudukkan dirinya di bangku depanku
tiga bungkus snack kacang dia tebar di meja
Bungkus pertama dibuka...
bulatan kacang itu dia pandang kasihan
sedang berdukakah gerangan karena sebentar lagi
kacang itu dimakamkan dalam perutnya?
Dia berhasil memaksa diriku menutup novel yang kubaca
atraksi ini harus dinikmati, ya!
karena muka berdukanya segera terganti
wajah seperti memendam kesumat
Kacang satu-persatu dikunyahnya kejam
matanya berkaca penuh benci
dibalikkannya bungkus kacang, jatuh sebuah undian
sebuah pena dirampasnya segera dari kantongnya
Dia menulis di kertas undian pertama
bagiku tak penting, saya masih ingin menontonnya
namun, diselipkannya kertas itu di halaman pertama
novel yang kubaca
Dia tahu saya tak tertarik membacaya
karena atraksi bungkusan kedua telah dimulai
kekecewaan berat terbaca ketika bungkus kedua ludes
ditemukannya kertas undian kedua
Lagi, dia menulis
pun diselipkan ke novelku
Masih tersisa satu bungkusan
segera terjamah untuk dikunyah dengan jahat
kupon undian lagi
ditulisi, diselipkan lagi
Dia mempertemukan kedua tangannya, membersihkan sekadarnya
ada pesan samar tersampaikan oleh matanya
saat sebuah senyum sinis merasuki bibirnya
disusul sebuah sendawa puas
Gadis itu pergi meninggalkanku dengan tiga sampahnya
dan....
meniggalkan tiga kupon undian!
Kupon undian I
Kacang ini dicabik oleh gigiku, kau tak dengar badan mereka remuk?
Aww, pasti sakit!
Kupon undian II
Kemudian mereka diulek-ulek dalam usus. Hancurrr leburrr...
Huahahahaha, rasakan!
Kupon undian III
Besok pagi saya akan ke WC, mereka berkentut-kentutan minta dikeluarkan
tak tahan disiksa dalam perutku.
Sial lu, lu semua hanya TAI....
Sayang Gadis, kacang hanya kau pura-purakan cinta
mendudukkan dirinya di bangku depanku
tiga bungkus snack kacang dia tebar di meja
Bungkus pertama dibuka...
bulatan kacang itu dia pandang kasihan
sedang berdukakah gerangan karena sebentar lagi
kacang itu dimakamkan dalam perutnya?
Dia berhasil memaksa diriku menutup novel yang kubaca
atraksi ini harus dinikmati, ya!
karena muka berdukanya segera terganti
wajah seperti memendam kesumat
Kacang satu-persatu dikunyahnya kejam
matanya berkaca penuh benci
dibalikkannya bungkus kacang, jatuh sebuah undian
sebuah pena dirampasnya segera dari kantongnya
Dia menulis di kertas undian pertama
bagiku tak penting, saya masih ingin menontonnya
namun, diselipkannya kertas itu di halaman pertama
novel yang kubaca
Dia tahu saya tak tertarik membacaya
karena atraksi bungkusan kedua telah dimulai
kekecewaan berat terbaca ketika bungkus kedua ludes
ditemukannya kertas undian kedua
Lagi, dia menulis
pun diselipkan ke novelku
Masih tersisa satu bungkusan
segera terjamah untuk dikunyah dengan jahat
kupon undian lagi
ditulisi, diselipkan lagi
Dia mempertemukan kedua tangannya, membersihkan sekadarnya
ada pesan samar tersampaikan oleh matanya
saat sebuah senyum sinis merasuki bibirnya
disusul sebuah sendawa puas
Gadis itu pergi meninggalkanku dengan tiga sampahnya
dan....
meniggalkan tiga kupon undian!
Kupon undian I
Kacang ini dicabik oleh gigiku, kau tak dengar badan mereka remuk?
Aww, pasti sakit!
Kupon undian II
Kemudian mereka diulek-ulek dalam usus. Hancurrr leburrr...
Huahahahaha, rasakan!
Kupon undian III
Besok pagi saya akan ke WC, mereka berkentut-kentutan minta dikeluarkan
tak tahan disiksa dalam perutku.
Sial lu, lu semua hanya TAI....
Sayang Gadis, kacang hanya kau pura-purakan cinta
Langganan:
Postingan (Atom)