'Takdir tak butuh dipedebatkan
Kita hanya wajib menjalaninya'
Begitu kalimatmu memotong argumenku
Alangkah semena-menanya Tuhan
Ingin kutantang Dia pertanyaan
Oe...Tuhan...!
apakah air matanya ibadah bagimu?
apakah kau sudah nasibkan
dia beribadah dengan menangis?
Padamu hanya kupesankan
sediakan selalu minum
hati-hati dehidrasi
Kamis, 19 November 2009
Rabu, 18 November 2009
Tak Ada Airmata untukmu, ASOU HARUTO*
Memang, ada seliter kesedihan mengikuti kematian Ikeuchi Aya
namun nyaris tak tertetas air mata untukmu
karena sebenarnya kesedihan paling pilu tak terwakilkan
air mata dan raung-raung
Meninggalkan memang susah untuk melakukannya
tapi ditinggalkan ternyata lebih sukar mengobatinya
Asou, maukah kau menemaniku sekali-kali
belajar meninggalkan?
*Asou Haruto (diperankan Nishikido Ryo), karakter fiktif dari Drama ONE LITRE OF TEARS (Ichi Ritoru no Namida) yang diangkat dari diary seorang gadis bernama Kito Aya, bercerita tentang semangat kebertahanan hidupnya melawan penyakitnya. Asou adalah inisiatif Ibu Aya. Beliau menginginkan karakter Asou dihadirkan sebagai teman dekat Aya, yang tak 'terlalu' diperdulikan oleh Aya namun dia selalu ada untuk Aya bahkan sampai beberapa tahun setelah Aya meninggal. "Asou kau sangat nyata bagiku walau faktanya kau sekedar rekaan. Atau... malah aku yang fiktif (juga)?" =p
Kamis, 12 November 2009
Namanya BAHARUDDIN ISKANDAR NUR *
Sengaja, kutulis lengkap namamu
agar dunia maya mencatatmu
semoga mucul niat isengmu
untuk mencari tiga kata itu
semacam balasan telah selalu melengkapkan namaku
'Aku akan jadi saksi bila
Navis-Navis baru terahir kembali!'
Begitu warismu lewat matamu
ke wajah-wajah kami
Tak banyak kereta api kata telah kurangkai
maaf jika jauh dari harapmu
Saya sadar... tak mampu mengNavis
karena saya hanyalah saya
Maaf!
*Seorang Guru Bahasa dan Sastra Indonesia sekaligus Pembina KOCISA (Komunitas Pencinta Sastra) semasa SMAku dulu. Beliau pindah sebelum kami tamat.
agar dunia maya mencatatmu
semoga mucul niat isengmu
untuk mencari tiga kata itu
semacam balasan telah selalu melengkapkan namaku
'Aku akan jadi saksi bila
Navis-Navis baru terahir kembali!'
Begitu warismu lewat matamu
ke wajah-wajah kami
Tak banyak kereta api kata telah kurangkai
maaf jika jauh dari harapmu
Saya sadar... tak mampu mengNavis
karena saya hanyalah saya
Maaf!
*Seorang Guru Bahasa dan Sastra Indonesia sekaligus Pembina KOCISA (Komunitas Pencinta Sastra) semasa SMAku dulu. Beliau pindah sebelum kami tamat.
Langganan:
Postingan (Atom)