Hanya sepasang kata
kutangkap dari cerita
Maaf,
tentangmu dalam puisiku
hanya sepasang kata...
Lelaki Rembulan
“Pergimoko tidur!”
Mengapa pertemuan kita selalu singkat
saya tak pernah kedatangan lelah bersamamu
“Janganko pulang terlalu larut!”
Lam, teriakkan kata TIDAK padaku
kalau aku bertanya : “Pernahkah kumenyakitimu?
Menjelek-jelekanmu?”
Lam, saya akan menjelaskan pada Makku
‘Mengapa saya dilarang berteman dengan Lam?
Na bukan saya yang memukul Lam…’
Mengapa perempuan dipaksa untuk membenci malam?
Yah masih butuh latihan menulis. Kayaknya garing puisiku yang ini di’?
Beberapa puisiku ketika masih duduk di SMA. Sebenarnya banyak namun hanya inilah yang sempat terevakuasi karena kebanyakan sudah dibakar, dijadikan BBM (Bahan Bakar Masak) hikz…. Diedit seperlunya supaya kepolosan (lebih tepat ‘kegaringan’) kalimatnya tak berubah…
(tak ada judul)
Aku ingin melupakan masa lalu
aku selalu menghindar dari bayang-bayang kelam itu
Tapi…,
masa lalu itu tak lelah mengejarku
walau bagaimanapun aku bersembunyi darinya
Mata jelinya akan selalu menemukanku
walau dicelah sekecil apapun
dia terus mengekori bayang-bayang ini
Namun…,
apakah dia patut disalahkan
bukankah dia terjadi karena kecerobohanku
bahwa hidup ini tak sempurna
bahwa kita harus berusaha untuk lebih baik
dari masa lalu
BELATI PERSAHABATAN
Aku sudah lelah dengan semua ini
kau pikir aku sedang tertawa sekarang
kamu salah
kamu tak tahu aku mati rasa
untuk meneruskan hidup
ah…, sudahlah
bagaimana kau merasakannya
perasaanku saja kau tak perdulikan
Aku tak tahu mau apa sekarang
untuk melupakan dendam dan benci ini
Rasanya nasib tak berpihak kepadaku
mungkin memang harus begini
harus hidup dengan penderitaan
dicampakkan, dikecewakan, dikhianati
mungkin memang harus sendiri
karena itu sudah menjadi
suatu kenyataan yang mau tidak mau
harus dijalani…
TAK BERBALAS
Aku tak mau dipermalukan masa
mencoba berlari sendiri walau kaki rapuh
kutetap berusaha tuk secercah harapan
walau itu tak pasti
Matahari terus kembali ke huniannya
takut terkalahkan oleh waktu
seiring dengan langkah kura-kuraku
lelah mengejar misteri mimpi
Ah…, aku tertelungkup di tanah kurus ini
hanya karena kaki menabrak sebongkah dendam kesumat
pada seorang terluka dan melukai
Aku tak kuasa berjalan
hanya bias menarik tubuh
masih dengan bentuk tertelungkup
ah…, matahari menang lagi
Aku malu pada matahari, masa dan waktu
aku malu pada seseorang terluka dan melukai
Aku ingin mengalahkan kekalahanku
aku ingin menggapai seorang terluka dan melukai
itu dia…, sudah dekat
Tapi, mengapa saat dia di depanku
kurasa bumi berotasi tak normal
langit dan awan berputar-putar
penglihatan samar-jelas
Semuanya hilang
semuanya hitam
dan aku tak tahu
apakah aku sudah mengalahkan semua yang mengalahkanku
Minggu, 14 Maret 2004
23:35
KESEPIANKU
Apakah ini yang namanya hidup
penuh kegalauan yang sulit terhapus
membuatku takut untuk maju ke depan
bahkan selangkahpun aku ragu
Aku dilanda kerinduan parah
saat tak ada lagi yang mengerti
saat tak ada lagi menemani
mengarungi hitam-putih dunia
Aku teru…s bertanya
kapan akan datang si dewa penolong
yang datang dengan cahaya
yang akan menuntun langkah lapuk kakiku
Tuhan…,
kapan aku berhenti
terus bertanya?
TANGISAN KEKALAHAN DI HARI KEMENANGAN
Kumenjamahnya lagi
setelah sebelas bulan tak kusentuh
entah mengapa…?
kulihat senyumnya
dan kurasa harunya
Satu bulan benda itu cerah
namun…,
ketika hari kemenangan tiba
bukan kegembiraan yang kudapat dari wajahnya
Kudengar tangisnya
kucoba mendengar keluhnya
“Aku akan dicampakkan lagi”
itulah ratapan
dari sebuah permadani sujud
TERSIKSAKU
Semuanya pasti berlalu
Kuyakin dan pasti
Tetap melangkah
Maju ke depan
Tanpa menoleh
Aku ingin pengorbananmu
Namun apa itu mesti
Kau rela meninggalkanku
Apa di antara kita
Tak ada cerita lagi
Apa demi sesuatu yang tabu
Biarkan semuanya berlalu
Tanpa kasihmu
Tanpa cintamu
Semuanya tak dapat kulupa
Tapi masih dapat kucoba
F’dhil
Selasa 100203
Terkabar seorang sepupu sakit
“mungkin lagi di samperin almarhum kakeknya!”
Beramai-ramai handai taulan pergi
Ke rumah paling tenang kakek
* * *
Seorang teman bertanya
“Mengapa kamu menangis?”
Entahlah, mataku sakit kepanasan
Mungkin di samperin arwah mainan-mainanku sewaktu kecil
Tanpa sepengetahuanku
Mainan garis-garisku telah dipersahabatkan dengan tempat sampah…
Mainan kata-kataku terlanjur dijabattangankan dengan api…
Lalu kemana saya harus mengunjunginya?
Hikz… seperti lagu dangdut jaman dulu :
"Oh Tuhan…
Tunjukkan padaku
Dimana kuburnya?"
Saya rindu ‘mainanku’…
Djelangtung Djelangtung
Datang tak di undang…
Pergi tak diusir…
Datang tak di undang…
Pergi tak diusir...
Djelangtung Djelangtung
Di sini ada perang
Perang batu di unhas…
*Hare gene, saat orang perang teknologi ternyata masih ada yang pakai batu. Teori Siklus kali yah?