b. Merdeka.
c. Merdeka!
d. Merdeka?
Kakek tak pernah absen menyisihkan waktunya bercerita untukku
paling sering bercerita dongeng Kerajaan Nusantara kaya nan indah
dari kisahnya terbentuk mitos ibu bernama Pertiwi
Kepada Kakek saya sering minta mengulanginya
saya suka bagian terhadap asal-muasal panji dwiwarna Kerajaan Nusantara
Ibu Pertiwi menghadiahi merah pada keberanian rakyatnya
Putih atas kejujuran abdi-abdinya
Malamnya saya bermimpi Ibu Pertiwi mencuci bersih warna merahnya dengan air matanya
Pertanyaan membangunkanku : putihnya bermakna apa?
Tidak, bukan suci lagi…
Apakah berarti kalah atau mati?
Sebelum seorang senior pergi dengan terhormat dari fakultas, beliau memberikan tiga buah puisi.
(tak ada judul)
Ramai, suara-suara mengumandang
Memuja malam-malam
Menyembah setiap rasa
Yang hadir dengan kemunafikan
Sunyi, namun suara-suara
Tetap berdendang
Menyanyikan lagu-lagu kepalsuan
Dan rasa tetap tersenyum dengan tatap kosong
Omong kosong dengan keagungan
Yang hidup hanya dalam imajinasi
Bernyanyi, tertawa dan menangis
Dalam kubangan yang tampak manis
Terus menyembah, meminta dan mengharap
Ternyata perih, sakit, nikmat
Hilangkan harap
Dan bermainlah dengan perih
Karena malam hanya hadir
Tuk mengajarkan
Sejuta gombal
(Aula FH 05 02 07)
KEPERGIAN
Bercerita tentang hari berakhir senja
Tentang bintang yang pernah jadi mimpi
Mengalun pergi diiringi dawai
Pernah ketiadaan serasa akhir dari semua
Namun tak sesulit menjaring harap
Ternyata yang pergi hanya tersisa dalam tanya
Ternyata yang pergi menjadi jawaban yang terbaik
Pergi adalah akhir yang sempurna
Hati itu tak akan mati
Akan tetap merasa meski pernah ada perih
Yang mungkin mengurangi kepekaannya
Meski luka pernah begitu dalam
Namun cinta adalah cinta
Seperti hati adalah hati
Tetap akan memiliki senyum baru
Tetap bersua dengan rasa yang berbeda
Seperti waktu yang terus mengalir
Dari perjalanan yang melelahkan
BUAT DINDA
Dedicated to INAYAH
Kutitipkan pesan ini buatmu dinda
Yang selalu tersenyum pada kenyataan
Yang kadang membingungkan
Yang selalu tertawa diantara ketidakjelasan
Tetaplah menjadi seperti yang kukenal lewat senja di tepi danau
Kutitip pesan ini buatmu dinda
Yang selalu melangkah dengan selaksa keteguhan
Yang selalu mengukir waktu dengan deret kata-kata
Tetaplah menjadi seperti yang kukenal lewat goresan di kertas buram
Menitipkan pesan yang lebih mirip puing tak berbentuk
Seperti member tak berwujud
Seperti senja yang menebarkan warna marun di cakrawala
Buatlah nyata imajinasi yang hanya hidup dalam ide
Ciptakan yang terbaik yang tak sempat kulakukan
Tetaplah mengukir detik
Meski waktu sesingkat cahaya
Karena hari ini takkan pernah berulang
Dalam canda di pelataran
BY : NIRA
Kita… harus tetap menulis dengan kejujuran tanpa dibuat-buat. Kita… harus menulis dengan merdeka tanpa tekanan. Kita… harus menulis dengan CINTA. Meski… dunia kadang menyajikan peran-peran yang harus kita mainkan dan memaksa kita bertopeng dengan selaksa kemunafikan.