Rabu, 16 Desember 2009

PUISI (pri)LAKU

Mataku lebih banyak jatah belakangnya saat membantunya memasak
"Kau selalu berfikir bahwa kau tak penting bagiku
kukira kau memang ingin diperlakukan demikian."
itu punggung Makku

* * *

Dilambatkan dengan ritual membungkus kaki
selalu, sebelum keluar rumah
"Lelaki hanyalah lelaki, bukan malaikat."
wanita sedarahku memantraiku demikian

* * *

Seorang perempuan renta memiliki waktu tersita banyak
dipeluk erat tempat tidurnya
"Tak mampu menjagamu lagi, maka berdoalah
Dia lebih mengawasimu!"
minyak gosok dan balsem bergantian jadi parfumnya

* * *

Matanya mengaum keras seperti
lega sehabis balapan tanpa lawan di jalan raya
"Kau seperti motor-motor payah yang kulombai
banyak juniormu sudah melarikan
jatah sarjananya masing-masing
kau?
kapan?"
berikutnya kakak iparku itu
melanjutkan perang dengan keyboard

* * *

Lelaki hampir setengah tahun
bisa duduk dengan bantuan dipangku
"Baru bisa menangis dan tertawa ke arahmu
sesekali menghadiahimu cairan hangat
yang mengalir dari kelaminku."
senyumnya tetap akan membahagiakan
walau tanpa kehadiran gigi memagari mulutnya
matanya hilang
saking sipitnya; mata Umminya!